Search This Blog

Friday, April 24, 2020

Inilah 5 Fakta One Piece yang Menarik dan Jarang Diketahui oleh Banyak Orang


Mungkin untuk para pecinta anime, banyak yang sudah mengetahui fakta tersembunyi dari One Piece. Namun, sebenarnya masih ada banyak lagi yang belum diulas di beberapa sumber. Misalnya, seperti 5 fakta One Piece di bawah ini.
1. Di balik lahirnya Anime One Piece
One Piece Sumber : Boombastis.com
Pasti tidak banyak orang tau dengan awal dari lahirnya anime yang satu ini. Ternyata, One Piece diciptakan oleh Eiichiro Oda yang sangat menyukai Anime Dragon Ball. Nah, dari situ Eiichiro Oda bertekad ingin membuat anime sekelas dengan Dragon Ball. Berkat ketekunannya, ia akhirnya berhasil menjadi komikus terkenal seperti pembuat anime Dragon Ball yaitu Akira Toriyama. Lalu, kenapa Anime One Piece bertemakan dengan bajak laut? Ya, itu karena Eiichiro Oda sejak kecil sangat tertarik dengan bajak laut. Kemudian, ia pertama kali menyukai tentang bajak laut sejak menonton anime yang berjudul Vicky the Viking. Oleh karena itu, sampai sekarang ia masih sangat tergila-gila dengan yang namanya bajak laut.
2. Menciptakan anime sebelum One Piece yaitu Romance Dawn
One Piece One Piece Romance Dawn
Ternyata sebelum One Piece diciptakan, Eiichiro Oda telah membuat anime yang berjudul Romance Dawn. Istimewanya dari anime tersebut adalah karena Romance Dawn merupakan prototype awal dari terbentuknya One Piece. Romance Dawn ternyata tak berhenti sampai One Piece muncul. Anime tersebut juga ikut ditampilkan oleh Eiichiro Oda pada bab pertama One Piece. Namun ternyata banyak karakter yang diubah dari Romance Dawn ke One Piece. Salah satunya yaitu Buah Gomu Gomu.
3. Karakter yang terus menerus diubah
Nami Kararkter dengan pengembangan fisik di tiap Arc
Setiap melakukan perencanaan manganya, Eiichiro Oda pasti tidak pernah puas dengan hasil karyanya tersebut. Bisa dilihat sampai saat ini kalau ia terus menerus mengubah karakternya. Entah dari bentuk tangan, kaki ataupun senjatanya. Contohnya adalah Nami, pada awalnya karakter tersebut digambarkan dengan wanita yang memiliki senjata kapak besar dan menggunakan tangan serta kaki prospetik. Berbeda sekali dengan karakter Nami yang ada di Anime One Piece sekarang ini.
4. Anime One Piece meraih Guinness World Records
One Piece Memenangkan Guinnes World Records
One Piece meraih Guiness World Records itu bukan hal yang aneh lagi. Karena anime yang satu ini memang sangat populer di seluruh dunia. Guinness World Records memberikan penghargaan kepada One Piece atas dasar anime tersebut merupakan serial komik yang paling banyak dicetak oleh seorang pembuat manga tunggal. Bahkan, pada tahun 2015 silam, buku One Piece sudah terjual sebanyak 320.866.000 kopi. Itu baru tahun 2015, bagaimana perkembangan untuk tahun ini ya?
5. Nama karakter di Anime One Piece diambil dari beberapa negara
one piece Karakter One Piece
Menjadi salah satu anime yang paling populer di dunia, One Piece ternyata mengambil nama-nama karakternya dari berbagai negara. Oleh karena itu, ada beberapa nama karakter Anime One Piece yang disesuaikan dengan bahasa setempat. Contohnya saja Monkey D. Luffy (Monkey D. Rufy), Roronoa Zoro (Lorenor Zoro), Usopp (Lysop atau Liar Bo), Portgas D. Ace (Portgaz D. Trace), Bartholomew Kuma (Bisoromi Bear) dan masih banyak lagi nama karakter lainnya.

Nah, itulah beberapa fakta One Piece yang menarik untuk diketahui. Pasti kalian tidak menyangka kan kalau anime yang satu ini mempunyai banyak fakta-fakta yang mengejutkan. Semoga artikel ini bermanfaat ya, khususnya untuk para penggemar manga.

Friday, March 13, 2020

Tukang Pijat Simpananku (Cerpen by. Havidz Antonio)

Awal perjumpaan kami sangat sederhana. Aku begitu lelah setelah seharian sibuk mengurusi ini-itu. Lalu, aku menyuruh pembantuku memanggil Mbak Retno, tukang pijat langganan.

Tak lama setelah itu, pembantuku malah membawa seorang pemuda yang cukup gagah nan tampan. Kata pembantuku, Mbak Retno sedang pulang ke kampung dan pemuda ini menawarkan jasa pijat atas rekomendasinya.

Tukang pijat itu bernama Dharma.

Setelah perjumpaan awal itu, seminggu sekali di hari Jum'at, Dharma datang kerumah untuk memijat. Menjadi teraphis pijat langgananku.

"Berapa umurmu?" tanyaku saat pertama kali Dharma memijatku.

"Dua puluh lima tahun, Bu."

"Jangan panggil, Bu. Kamu membuatku jadi tampak sangat tua."

"Maaf, tante."

Aku tertawa mendengar ucapan polosnya. Bu? Tante? Baiklah, aku memang tidak bisa melawan waktu. Tapi aku bisa melawan kerutan-kerutan di wajah dengan treatment di salon dan sesekali suntik botox. Dan untuk menjaga tubuh agar tetap bugar, aku punya jadwal senam dan ritual yoga di Sabtu dan Minggu pagi.

"Panggil saja, Mbak Susi."

Anak muda itu mengangguk. Lalu ia membuka tas sandangnya dan mengeluarkan sebuah botol minyak zaitun.

"Minyak zaitun bagus untuk terapi pijat, Mbak. Juga sangat bagus untuk kelembaban kulit." Dharma menjelaskan.

Aku tengkurap di atas ranjangku yang nyaman dengan hanya memakai celana dalam dan seutas Bh. Dharma mulai memijat dari bagian kaki. Lalu paha. Naik lagi ke punggung. Ia pintar benar memijat. Setiap pijatannya bertenaga, penuh sensasi, pas banget. Aku menikmatinya. Sentuhan-sentuhannya memberiku gairah. Juga mengingatkanku bahwa sudah lama aku tidak dijamah.

"Minggu depan datanglah. Jangan khawatir, aku akan membayarmu lima kali lipat." kataku setelah Dharma memijat seluruh bagian tubuh. Termasuk bagian yang itu. Aku sengaja memintanya menyentuh bagian rawan itu. Aku ingin lihat reaksinya. Awalnya ia sedikit ragu walau tak bisa disangkal bahwa ada gairah di ekspresi wajahnya. Dua puluh lima tahun, tentu masih sangat muda, polos dan sedang meletup-meletup gairah seksnya.

"Baiklah, Mbak." ucap Dharma sembari memasukan kembali botol minyak zaitun lalu keluar dari kamar.

***

Sudah lima belas tahun aku bercerai. Selama itu pula aku menyandang status sebagai janda kaya beranak satu yang cantik. Aku memang memutuskan untuk tetap menjanda. Bukan karena aku tidak laku, malah sangat laku. Sangat banyak lamaran yang aku tolak. Dan mereka yang melamarku juga tidak bisa dikatakan sebagai orang-orang biasa. Malah terang-terangan seorang anggota DPR yang sudah beristri tetap mau mengawiniku. Aku tolak lamaran-lamaran itu. Aku ingin fokus membesarkan Rio.

Rio, putra semata wayangku, kini sudah besar. Ia memutuskan untuk melanjutkan study di Amerika. Setelah ia pergi, hariku-hariku hanya dipenuhi urusan pekerjaan. Mengurusi butik, minimarket kerajinan tangan dan sesekali berkumpul dengan teman-teman di bar atau restoran sekadar untuk ngrumpi atau arisan.

Sebagai seorang singgle parent dan manusia biasa aku tidak bisa menafikan adanya hasrat seksual yang seringkali meletup. Ketika hasrat itu muncul, biasanya aku menghubungi seorang lelaki sewaan untuk bercinta semalaman di hotel. Aku akan bilang pada Rio kalau sedang dirumah bahwa aku ada kerjaan di luar kota.

Lalu Dharma, si tukang pijat yang masih brondong itu membuatku tak lagi memanggil para lelaki sewaan itu. Brondong muda itu membuatku merindukan pijatannya. Dan juga, cumbunya.

"Kenapa kamu pilih pekerjaan ini? Apa keluargamu tahu kamu menjadi tukang pijat?"

Dharma menggeleng keras. "Nggak, Mbak. Jangan sampai keluarga di kampung tahu. Dan jangan sampai teman-temanku tahu. Bisa malu aku. Aku jadi tukang pijat hanya sebagai selingan saja kok, Mbak."

"Jadi apa pekerjaanmu selain ini?"

"Sales motor, Mbak. Tahu sendiri berapa gajinya. Buat bayar uang kost, makan, kuliah dan kebutuhan yang lain kurang sekali, Mbak. Keluarga di kampung tidak bisa bantu sejak bapak sakit-sakitan."

"Jadi kamu juga kuliah?"

"Iya, semester akhir."

Aku mengangguk mengerti.

"Mau kerja sama aku? Kamu mau jadi kasir di minimarket atau jadi supir pribadi?"

Dharma tampak antusias mendengar tawaranku. "Jadi supir, Mbak. Aku bisa nyetir. Sekarang cari kerja susah. Temanku yang sudah lulus kuliah duluan juga masih banyak yang nganggur. Terima kasih atas tawarannya, Mbak."

***

Entah mengapa, sejak kehadiran Dharma, hidupku sedikit lebih menggairahkan. Ia pemuda tampan yang ulet, patuh dan tangguh di atas ranjang.

Sejak pagi ia sudah bangun, menyapu halaman, mencuci mobil bahkan membantu Mbak Ijah memasak di dapur. Di rumah ini ada dua pembantu. Mbak Ijah yang mengurus rumah dan Pak Surno yang mengurus kebun. Dharma segera bisa dekat dengan mereka.

Aku memberi perhatian khusus pada sopir gantengku ini. Tak lupa aku membelikannya beberapa set pakaian. Jam tangan. Sepatu. Makin tampan ia saat mengenakan jas hitam. Aku mengajak pula Dharma ke arisan di rumah salah satu temanku.

"Siapa itu yang Jeng Susi bawa?"

"Supir baru, Jeng."

"Duh, masih brondong cucok meong pula. Jeng ini pintar cari supir deh."

Aku tersenyum, sedikit bangga. Kulirik Dharma, ia sedang membantu menyiapkan cemilan bersama pembantu temanku.

"Coba deh Jeng cariin aku pembantu brondong kayak sopir jeng."

"Nanti aku coba tanya sama sopirku itu, Jeng. Siapa tahu ada temannya yang kayak dia."

Lalu kami para ibu-ibu mulai menggosip. Cerita ini-itu. Mulai dari barang-barang mewah yang lagi nge-hits hingga duda-duda keren yang tak kalah nge-hits pula. Sembari mencomot cemilan-cemilan diet dan anggur merah, kami para ibu-ibu single parent menikmati hidup.

***

Suatu ketika usai memijatku dan tentu saja, bercinta, Dharma mengatakan sesuatu.

"Mbak, bulan depan saya akan wisuda."

"Wah, selamat ya," ucapku tulus dan bangga. Tak lupa kukecup bibirnya.

"Mbak datang, ya. Nanti keluargaku dari kampung juga datang."

Aku diam sesaat sebelum memutuskan.

"Iya, aku akan datang. Keluarga dari kampung berangkat naik apa?"

"Kereta, Mbak"

"Bagaimana kalau kamu jemput saja pakai mobil. Muat kan?"

"Muat, Mbak. Hanya bapak, emak, kedua adikku dan seorang teman perempuan."

"Teman perempuan? Apa ia pacarmu?"

Dharma menggeleng dengan ekspresi terkejut. "Nggak, Mbak. Hanya temen sejak kecil," katanya. Aku mendengar kegelisahan pada suaranya. Aku tahu ia tak jujur. Ketidak-jujuran pertama.

***

Ketika remaja, aku tidak punya mimpi muluk-muluk. Mimpiku sederhana : menikah dengan seorang lelaki yang mencintaiku sepenuhnya, mempunyai anak dan bahagia hingga raga ini masuk tanah. Namun, mimpi yang sesederhana itu pun seperti kepulan asap teko panas di atas perapian, menguap.

Kuliah belum usai, aku bunting. Pacarku itu bahkan lebih muda. Ia anak konglomerat, sama sepertiku. Mau tak mau kami harus kawin. Lalu, Aku memutuskan berhenti kuliah. Sementara Ia tetap lanjut hingga lulus.

Membina rumah tangga di usia muda bukanlah hal muda. Meskipun untuk finansial sudah disokong orang tua kami sekali pun. Baik aku maupun suami masih mementingkan ego. Dan seperti bisa ditebak, kami bercerai. Ketika itu Rio baru berumur dua tahun. Hak asuh Rio berada di tanganku sepenuhnya.

Aku memutuskan untuk tidak menikah lagi. Buat apa? Kebutuhan biologis? Jika aku butuh, tinggal hubungi lelaki bayaran. Beres. Puas.

***

Dharma memperkenalkan mereka. Ayah, ibunya, dua anak laki-laki dan seorang gadis manis. Mereka tampak lugu dengan dandanan ala kadarnya. Aku menyalami mereka satu persatu dengan ramah. Kujamu mereka dengan hidangan makan malam yang melimpah hasil olahan tangan Mbak Ijah.

Mereka akan bermalam di sini sebab besok pagi-pagi akan menghadiri acara wisuda Dharma. Rumah ini punya banyak kamar kosong yang bisa mereka tempati.

Perhatianku tak lepas pada gadis manis yang duduk di samping Dharma sekarang. Dari cara Dharma memerhatikannya, sudah pasrti mereka ada hubungan spesial.

Apakah aku cemburu?

Aku menertawakan diri sendiri.

"Terima kasih Mbak Susi atas semuanya," ucap Dharma ketika acara makan malam usai dan keluarganya sudah menempati kamar masing-masing.

"Tak masalah. Maukah kau menemaniku sebentar sebelum pergi tidur?"

Aku bisa melihat guratan bimbang di wajahnya. Tapi seperti yang kuduga, ia tidak bisa menolak ajakanku. Aku tersenyum untuk diriku sendiri. Tak perlu aku cemburu pada gadis itu jika ketika aku menginginkannya, brondongku ini siap melayaniku.

Kamar pun tertutup rapat.

Di bawah selimut, berdua saling mendesah.

***

Anak semata wayangku pulang. Kuliahnya libur. Aku memperkenalkan Dharma sebagai supir. Tidak lebih. Tidak sebagai tukang pijat atau pun brondong kesayangan.

Aku lihat Dharma memang mempunyai kelebihan cepat akrab dengan siapa pun.

"Ma, aku mau ke mall. Biar dianterin Dharma, ya."

Mereka jadi sering bersama. Mungkin karena seumuran. Dari dulu Rio yang anak tunggal memang merindukan teman bermain di rumah ini. Aku sadar betul jika aku tidak punya banyak waktu menemani Rio bermain. Pekerjaanku yang banyak sekali menyita hampir semua waktu, dari pagi hingga malam. Tapi, yang aku lakukan ini juga demi kehidupan yang layak untuk Rio. Supaya ia tak mengalami hidup susah.

"Ma, aku mau ngajak Dharma pergi ke acara ultahnya temen."

Aku bersyukur, Rio lebih bersemangat sejak ada Dharma. Mereka begitu akrab. Rio memperlakukan Dharrma sebagai sahabatnya. Bahkan seringkali Rio mengajak Dharma tidur di kamarnya, main playstasion, nonton bola, hang out, ke bioskop. Meski begitu, Dharma tetap menyadari posisinya di rumah ini. Ia tetap bangun pagi-pagi, menyirami tanaman, mencuci mobil dan jika Rio tak ada, memijatku.

Tapi aku melihat ada sedikit perubahan dari sopir brondongku itu. Semenjak kelulusan, ia jadi pendiam. Raut mukanya tak secerah dulu. Seperti ada yang ia sembunyikan. Saat kutanya, ia hanya menggeleng, bahwa semuanya baik-baik saja. Hmmm... mungkin hanya perasaanku saja.

Rio tak lama berada di rumah. Akhir Maret ia harus sudah kembali ke Amerika untuk melanjutkan studi. Raut wajah sedih menghias wajahnya saat berpisah di bandara. Padahal, dulu-dulu saat pergi, ia tak sesedih itu. Mungkin karena Dharma. Ia tak pernah menemukan teman dekat sebelumnya.

Lalu aku membekali petuah selayaknya ibu kepada anak. Rio memelukku. Ia juga memeluk Dharma.

***

Malam itu, gairah kami memuncak. Panas membara percintaan kami hingga terkulai lemas sampai pagi menyembul bersama embun di dedaunan. Saat aku membuka mata, Dharma tampak sudah berpakaian rapi.

"Ada hal penting apa yang membuatmu pagi-pagi sudah serapi ini?" tanyaku masih sedikit ngantuk.

"Aku sudah memutuskan, Mbak. Aku tidak bisa menunda-nunda lagi. Mulai hari ini aku mengundurkan diri," katanya tegas. Aku tidak terlalu terkejut. Aku sudah mengira jika waktu seperti ini akan tiba.

"Kenapa? Gaji yang aku kasih kurang?"

Dharma menggeleng.

"Saya mau jujur, Mbak. Gadis yang aku bawa kemarin sebenarnya pacarku. Kami sudah berencana menikah setelah saya lulus kuliah," kata Dharma serius.

"Aku sudah tahu. Tak sulit menebaknya. Baiklah jika itu keputusanmu."

"Tidak hanya itu. Sebenarnya ia tahu."
Pernyataannya ini cukup mengejutkanku.

"Ia tahu. Malam itu ia mendengar kita bercinta. Suara desahan-desahan itu."

Aku terdiam cukup lama.

"Ia pasti sangat mencintaimu," kataku sambil membalutkan handuk ke tubuh. Kusulutkan pula rokok sebelum kusedot dengan sepenuh hati. Kuembuskan asapnya, membumbung tinggi ke udara.

"Lalu bagaimana dengan Rio?" tanyaku datar.
Dengan wajah salah tingkah Dharma menjawab.

"Maksud, Mbak?"

Kutatap Brongdongku itu tajam. Akhirnya ia paham.

"Maafkan aku, Mbak. Aku nggak pernah kayak gini sebelumnya. Aku hanya berusaha menghormatinya, dan Mbak. Sebenarnya aku risih. Aku ingin bercerita pada tapi takut Mbak akan menuduh aku yang mengajarinya. Ia menyukaiku. Bahkan pernah kami melakukan di dalam mobil. Ia menginginkannya dan aku tidak bisa menolak.”

Aku mendengarkan pengakuan dosa Dharma sembari tetap mengembuskan asap rokok dengan sepenuh hati. Aku tahu. Insting seorang ibu.

Koleksi foto-foto pria seksi di bawah tumpukan baju anak semata wajangku. Video blue sesama kelamin dalam folder hapenya. Sebagai seorang ibu hatiku remuk mendapati anak laki-lakiku satu-satunya berbeda. Namun aku sadar, ini juga salahku yang tak mampu memberikan waktu yang layak untuknya. Ia rindu dengan sosok ayah. Ia rindu dengan sosok laki-laki yang melindunginya.

Aku mungkin ibu yang egois. Tapi bukan ibu yang intolelir. Kubiarkan dulu anakku hingga suatu saat nanti ia berani mengungkapkannya. Lagipula, aku juga bukanlah ibu yang bisa dibilang baik untuk dicontoh.

"Sebelum kamu pergi aku ingin minta bantuanmu. Itu pun jika kamu mau. Aku akan membayar mahal untuk ini."

"Tetaplah bersama Rio. Jika ia pulang, kemarilah. Perlahan-lahan bantu aku mengubahnya"

Dharma agak terkejut dengan permintaanku. Ia memikirkan tawaranku cukup lama. Aku menunggu dengan sabar.

Ia mengangguk.
.
.
.
Tamat

Tuesday, January 14, 2020

Baphomet





Mendadak, ruangan itu gaduh. Adis, mahasiswi sejarah yang duduk di tengah kelas, tiba-tiba matanya melotot seakan mau keluar. Kemudian dia berteriak-teriak kalap seperti orang kesurupan. Dan memang kesurupan. Adis mengobrak-abrik kursi, tas, laptop, buku-buku hingga terpelanting menabrak dinding kelas. Pak Dosen panik. Semuanya panik. Beberapa cowok di dalam kelas itu mencoba menenangkan Adis. Yang cewek menyingkir ke sudut-sudut ruangan, ketakutan. Adis mengamuk tak karuan. Lalu, satu persatu orang yang ada dalam ruangan itu bertingkah seperti Adis. Bahkan, Pak Dosen pun ikut mengamuk. Semuanya kesurupan. Semuanya meracau. Kecuali seorang cowok berkaca mata tebal. Dia ketakutan. Dia menghambur keluar kelas mencari pertolongan.
Lalu keesokan harinya tempampang jelas pada judul koran nasional: Satu Kelas Universitas Semarang Kerasukan Arwah.
***
"Lo mesti lihat ini, Bay," Kata Mario. Dia menyerahkan sebuah flasdisk pada Bayu.
Mario dan Bayu sudah bersahabat sejak SMA. Mereka pun memilih satu kampus yang sama. Meskipun berbeda agama, Bayu yang taat menjalankan lima waktu, Mario tak pernah absen ke gereja setiap hari Minggu kecuali ada halangan yang penting, mereka bisa saling bertoleransi.
"Ini flasdisk milik Adis. Di dalam flasdisk ini, gue kira ada jawaban kenapa Adis jadi bertingkah seperti itu," kata Mario gamang.
"Dimana lo temukan ini, Yo?" tanya Bayu. Pandangannya masih tertuju pada pacarnya yang terbujur diam di atas dipan rumah sakit. Selang infus menjulur ke tanganya. Adis koma setelah berhari-hari kerasukan roh jahat, begitu kata orang-orang.
"Kemarin, saat satu kelas kerasukan. Gue berhasil amankan laptopnya, remuk tapi kayaknya masih bisa diperbaiki. Fd ini nyangkut. Lepi ada di rumah sekarang. Yang bikin gue kaget file dalam fd ini," ucap Mario sambil membetulkan kacama bulatnya yang miring.
Bayu segera mengambil laptop di tasnya. Setelah menghidupkan benda itu, Dia menyolokkan Fd yang diberikan Mario ke laptop. Di dalam Fd ada sebuah file, rancangan-rancangan skripsi Adis. Tulisan-tulisan mentah yang acak.
Bayu tercengang dengan isi file tersebut. Dia seperti dibawa untuk mengingat mitos-mitos dan teori konspirasi.
Rancangan Skripsi milik pacarnya itu menghidupkan lagi teori-teori lama sebuah sejarah kuno. Judul rancangan skripsi Adis, "Sinkronitas Simbolisme Satanic Pada Wilhelminaplein"
***
Raga Adis memang sedang terbaring tak berdaya di rumah sakit. Tapi jiwanya sekarang berada pada sebuah ruangan yang berpencahaya kelam. Dia tidak bisa bergerak. Tangan dan kakinya diikat pada sebuah meja datar yang dingin bergambar sebuah pentagram. Orang-orang berjubah hitam dan bertopeng paruh burung mengerumuninya. Obor-obor menyalakan api di sudut-sudut ruangan, remang-remang.
Orang-orang berjubah hitam dan bertopeng paruh burung itu bernyanyi. Sebuah nyanyian pemujaan. Sebuah ritual pemujaan tengah berlangsung. Adis gemetaran di tempatnya. Dia ingin berteriak namun tak ada sepatah kata pun yang keluar. Orang-orang itu mengelilingi Adis seolah Dia adalah pusat gravitasi. Nyatanya, Adis adalah tumbal ritual itu.
Dibakarlah tubuh Adis dengan api dari obor di tangan seseorang berjubah hitam dan bertopeng paruh burung itu. Tubuh Adis dilalap api membara. Seperti kayu dalam perapian tua. Adis menjerit putus asa. Dalam balutan bara api itu, Adis bisa melihat sosok yang lebih mengerikan dari api yang melahapnya. Sosok yang membuat merinding siapa saja: sebuah kepala kambing bertanduk tiga. Dia yang disebut-sebut sebagai raja setan: Baphomet.
***
Bayu dan Mario sudah berada di halaman depan bangunan bersejarah Lawang Sewu sekitar pukul sembilan malam. Lawang Sewu, sebuah bangunan kuno peninggalan zaman Belanda terletak di sebelah barat Tugu Muda Semarang. Salah satu bangunan tua kebanggaan kota Atlas itu dibangun pada 27 Febuari 1904. Bangunan yang terkenal sangat angker. Bahkan pernah dijadikan lokasi uji nyali beberapa stasiun televisi.
"Membaca catatan Adis, gue jadi ingat novel yang membahas simbol-simbol pagan di Musium Fatahillah Jakarta," kata Mario yang juga mahasiswa jurusan sejarah seperti Adis. Sedikit banyak dia tahu tentang simbol-simbol kabbalah dan teori konspirasi.
"Maksudmu, hal-hal berbau simbol pagan di Musium Fatahillah juga ada di lawang sewu?" tanya Bayu meminta keyakinan.
"Bisa jadi. Baik musium Fatahillah maupun Lawang Sewu adalah bangunan yang dibuat Belanda. Sejak Maret 1602, Belanda yang menjajah bangsa kita ini lebih terkenal dengan nama VOC. Dan bukan hal yang rahasia lagi jika VOC adalah organisasi layar Vrijmetselaren, kelompok persaudaraan Freemansory."
"Maksudmu persaudaraan penyembah setan itu betulan ada?"
"Penyembah setan, pemuja setan atau okultisme adalah salah satu tuduhan yang di alamatkan pada kelompok itu. Mason awalnya adalah kelompok persaudaraan tukang batu di Scotlandia. Dan Mason adalah perkembangan dari kelompok Illuminati," papar Mario.
"Illuminati? Kelompok persaudaraan tua yang menjaga kerahasiaan Holly Grail? Maria Magdalena, bunga mawar milik Yesus Kristus? Cikal bakal dari pasukan templar?"
Mario mengangguk.
"13 Oktober 1307, hari pembantaian pasukan Templar karena di anggap menyimpang oleh Gereja.”
"Lihat catatan Adis, dia menyebut tugu muda sebagai The Sacred Sextum," ucap Bayu sambil memperlihatkan file catatan pacarnya yang sudah dia pindahkan dari laptop ke smartphone pada Mario.
"The Sacred Sextum atau Hexagram adalah simbol Freemason yang sangat terkenal. Simbol penis atau phallus yang sedang ereksi digambarkan seperti piramida. Kelamin cewek digambarkan sebagai piramida terbalik atau cawan. Simbol persetubuhan, simbol suci milik Freemason. Monas, Obseliks di Mesir, Eifel Tower dan masih banyak lagi. Semua itu  terinspirasi dari simbol  persetubuhan suci milik Freemason.  Penyatuan. Phalus dengan Cawan, antara Mars dengan Venus, antara Maskulinitas dengan Feminitas. Kemudian menjadi simbol Hexagram yang sekarang dikenal sebagai salah satu simbol terkuat dunia modern," Mario menjelaskan. Bayu kagum pada kepandaian sahabatnya itu. Dari dulu Mario memang tak bisa lepas dari buku. Dia kutu buku sejati.
Baik Mario dan Bayu sama-sama memandang Tugu Muda dari halaman depan lawang sewu dengan perspektif berbeda dari sebelumnya.
"Ya, meskipun kita ngerti kalau Tugu Muda tidak dibagun di zaman VOC tapi Freemaason selalu ada di mana-mana. Dari waktu ke waktu. Dari zaman ke zaman. Menyebarkan energinya ke seluruh dunia,"
Bayu mendesah getir, "Ayo kita ke dalam untuk membuktikan catatan-catatan Adis."


Tugu Muda Semarang Tampak Seperti  The Sacred Sextum, perpaduan Mars dan Venus.


***
Suasana Lawang Sewu malam ini tampak sepi senyap. Bayu dan Mario menuju ke gedung utama Lawang Sewu setelah membayar karcis. Hanya sepuluh ribu. Mereka berjalan dengan pikiran gelisah. Mereka cuma punya waktu setengah jam sebelum lawang sewu ditutup untuk umum.
Mereka ingin mencari simbol-simbol Freemason seperti yang ditulis Adis dalam catatan mentahnya. Seperti beberapa anak tangga pada gedung utama yang berjumlah tiga belas (angka keramat bagi persaudaraan Freemason), key stoone (batu kunci) berukiran bunga mawar, Mata Horus, simbol Hexagram, The Skull and Bone Symbol, simbol Tulang dan Tengkorak. Dan beberapa undakan dengan kode 666.
Lawang Sewu dengan aura mistik dan horornya, membuat Bayu dan Mario bergidik ngeri. Sempat terpikir untuk mundur. Keangkeran lawang sewu sudah mashyur. Konon, seseorang yang masuk ke dalam gedung sendirian bisa tersesat dan tak bisa menemukan jalan keluar, tersesat ke dalam dunia lain. Konon, ruangan bawah tanah dijaga oleh seekor ular besar berkepala manusia. Konon, terowongan bawah tanahnya terhubung sampai ke singgahsana nyai Ratu Roro Kidul. Sederet penampakan seperti hantu serdadu Belanda dan noni Belanda. Bahkan suara-suara jeritan di penjara jongkok.
"Mau apa kalian?" Tiba-tiba seseorang berdiri di depan Mario dan Bayu. Sontak kedua cowok itu terkaget.
Salah satu petugas keamanan. Seorang lelaki tua yang tampak seharusnya sudah pensiun. Wajahnya pucat, keriputnya banyak, ada tai lalat di bawah alisnya, besar. Lelaki tua itu memandang mereka dengan pandangan tidak bersahabat.
"Bocah kok kandanane do angel*," dengus si lelaki tua.
"Punten Pak, Kita cuma mau lihat-lihat sambil foto-foto kok, Pak," ucap Bayu sopan.
"Ojo goroh. Kalian ini ora ngerti bahaya gede. Malah digae dolanan. Kancamu seng wedok kae wes tak kandani tapi ora digubris. Nglakoni ritual nganti Setane metu. Wes kono do balek. Sholat, jalok seng gae urip ben do gak kenopo-nopo**."
Bayu dan Mario saling berpandangan, terkejut atas perkataan Bapak ini. Teman perempuan? Ritual? Setan keluar? Apa maksudnya?
Bapak itu berbalik lalu berjalan meninggalkan Bayu dan Mario. Langkah orang tua itu begitu cepat. Bayu berusaha mengejar bapak tua itu. Namun saat melewati belokan, Bapak tua itu sudah tidak ada. Seolah lenyap ditelan malam.
Baik Bayu maupun Mario hanya bisa terkaget-kaget. 
"Apa maksudnya kata Bapak tadi?" ucap Bayu tak mengerti. "Apa yang dia maksud seorang gadis itu adalah Adis? Lalu ritual apa yang dimaksud? Ritual sehingga setan bangkit."
Mendengar kata ritual, Mario teringat sesuatu. "Bay, coba pinjam hape lo. Gue mau lihat catatan Adis."
Bayu memberikan hapenya ke Mario. Dengan wajah serius Mario mencari-cari sesuatu dalam catatan Adis.
"Coba lo denger ini.  I see a little silhouetto of a man. Scaramouche, will you do the Fandango. Thunderbolt and lightning, very, very fright'ning me. Galileo, Magnifico. I'm just a poor boy, nobody loves me. Spare him his life from this monstrosity. Easy come, easy go, will you let me go. Bismillah! No, we will not let you go. Mama mia, let me go Beelzebub has a devil put aside for me, for me, for me."
Bayu yang hobi karaoke seketika mengenali kalimat itu. "Itu bukannya lirik lagunya Queen? Bohemian Rhapsodi?"
"Ya, gue juga baru ngeh. Banyak kontroversi mengenai lagu ini. Salah satu yang paling diyakini, lagu ini menceritakan tentang ritual pengorbankan seorang anak lelaki untuk sesembahan Iblis. Ritual dari kelompok Masonik," kata Mario bergidik ngeri.
"Jangan gila lo, Mario? Nggak mungkin Adis melakukan ritual gila itu. Emang dia cewek pendiam dan misterius. Tapi selama gue pacaran sama dia, nggak ada tanda-tanda dia pernah melakukan ritual-ritual mistik kayak gitu."
"Bukan," ucap Mario tiba-tiba.
"Maksudnya?" Bayu makin tak mengerti.
"Adis bukan melakukan ritual pengorbanan Iblis. Tapi melakukan ritual pemanggilan Iblis," ucap Mario dengan wajah pucat.
Bayu ingin membantah tapi dia urungkan. Adis selama ini tampak seperti gadis biasa pada umumnya. Rasanya tidak percaya, Adis bisa berhubungan dengan hal-hal mistis seperti itu.
"Catatan milik Adis memang tidak konstruktural. Masih acak-acakan. Masih mentah. Tapi coba lihat yang ini." Mario menyerahkan hp itu ke pemiliknya.
Bayu membaca pada bagian yang ditunjukan Mario.
"Pentacle, dupa, lilin-lilin dan mantra-mantra ini membingungkanku. Tapi aku tetap mencobanya. Dan aku harus ingat. Jangan pernah memberikan nama lahirku pada mereka atau aku akan celaka." Bayu membaca catatan Adis secara seksama.
"Lo pernah baca Bartimaeus Trilogi?" tanya Mario. Bayu menggeleng tidak mengerti.
"Iti novel karya Jonathan Stroud dari Inggris."
"Hubungannya apa?"
"Gue inget aja, catatan Adis mengingatkan pada ritual pemanggilan Jin seperti dalam novel itu."
“Ini semakin tak masuk akal! Freemason? Ritual Iblis? Pemanggilan jin?” Bayu mengerang.
"Ehem." seseorang menepuk pundak Bayu. Terlonjak kaget Bayu dan Mario. Lagi-lagi seorang penjaga gedung Lawang Sewu.
"Maaf Mas. Mau ditutup." ucap si Penjaga. Seorang lelaki muda berkulit hitam.
"Ya, Mas." Ucap Bayu. Akhirnya Bayu dan Mario tidak bisa melanjutkan tujuan mereka, membuktikan simbol-simbol Satanic di lawang sewu. Mereka memutuskan untuk pulang.
"Mas, Bapak penjaga yang punya tahi lalat di bawah alis sekarang dimana? Saya mau ngomong sama beliau," kata Mario.
 Dengan wajah bingung, si Penjaga berkata, "Bapak penjaga yang mana, Mas? Malam ini saya sendirian yang jaga."
Baik Mario dan Bayu saling berpandangan getir. Mereka ngacir.
***
Bayu mengendarai scoopy putihnya menuju ke kostnya. Mario membonceng di belakang.
Dalam perjalananan Mario sibuk dengan pikirannya. Banyak hal yang mengganggu pikirannya. Banyak pula rahasia yang dia simpan. Ia yang diam-diam mencintai Adis, pacar sahabatnya itu. Tak mungkin dia merebut Adis dari Bayu. Perasaan itu sering membuatnya tersiksa. Antara cinta dan persahabatan. Tiap hari Mario dihantui perasaan gelisah. Walau pada akhirnya dia memilih untuk mempertahankan persahabatannya dengan Bayu. Menutup rapat-rapat perasaannya.
Pula dengan rahasia mengapa hanya dia yang tidak kerasukan ketika satu kelas mengalami kerasukan. Jimat sero, ia yakin karena jimat pemberian kakeknya itu. Jimat itu memang terbuat dari ekor Sero. Garangan. Kakeknya memberikan jimat itu ketia dia berumur dua belas tahun. Dan sejak membawa jimat itu kemana-mana banyak lucky yang terjadi. Pernah ia tertabrak sebuah Sedan saat bersepeda. Tak terluka apa-apa ia, padahal sepedanya remuk. Pernah juga seseorang melemparkan batu ke arahnya saat terjadi tawuran antara SMA-nya dengan SMA sebelah. Kurang semili batu itu menghamtam kacamatanya, meremukkam matanya.
Mario juga ingat beberapa hari yang lalu dia begitu dekat dengan Adis. Pacar sahabatnya itu sering menghabiskan waktu bersamanya. Berdiskusi, membahas sejarah kelompok Mason, sejarah Lawang Sewu, peranan VOC dan ritual-ritual kuno. Awalnya Mario hanya menganggap diskusi mereka itu hanya soal menambah wawasan untuk memperkaya tugas skripsi mereka.
***
"Bay, belok. kita ke rumah sakit," kata Mario tiba-tiba.
"Apa nggak kemaleman? Di sana sudah ada keluarga Adis yang jagain."
"Perasaan gue nggak enak. Nggak tenang," kata Mario gelisah.
"Yaudah, gue belok. Sebenernya gue juga nggak tenang."
***
Ada kegaduhaan di kamar tempat Adis dirawat. Tampak suster, petugas kebersihan, Pak Satpam, kakak lelaki dan adik lelaki Adis, mereka sedang memegangi tubuh Adis yang kelonjotam. Kedua tangan dan kaki Adis diikat pada ujung-ujung tiang dipan. Mario dan Bayu yang baru sampai langsung panic melihat tragedy ini. Apa yang tengah terjadi?
Adis kembali kerasukam roh jahat. Itu informasi yang langsung Bayu dan Mario dapatkan.
"Ustazd akan segera datang," kata kakak lelaki Adis. “Dia sudah setengah jam seperti ini. Ini bukam penyakit biasa. Ini kerasukan roh jahat.”
Aarrrrg... Aarrrrrg... Adis gelonjotan.
Tak lama kemudian Ustazd Sulaiman datang, setengah berlari.
"Tolog Ustazd Adik saya,"
Aaarrg... Aaaarg...
"Tolong bantu saya, baca ayat kursi sebanyak-banyaknya," Ustazd Sulaiman berujar. Suaranya tegas, tapi penuh kekuatan.
***
"Aku, Hamba Iblis. Dengarkan!! kalian cucu-cucu Adam. Putra Iblis akan segera bangkit. Kalian akan binasa. Hahaha," kata suara dari dalam tubuh Adis membahana.
"Siapa putra Iblis itu wahai hamba Iblis yang terkutuk." kata Ustazd Sulaiman tanpa sedikit pun gentar.
Suara dari dalam tubuh Adis meraung-raung.
"Satu menyebut dia Baphomet. Yang satu menyebut dia..."
" ... "
"Daajjjjaaalllll"
Demi terdengar nama itu menggema, dinding bergetar, kaca pecah, semua orang yang ada di situ terlempar beberapa meter dari tempatnya, seperti bom molotov telah meledak dahsyat di dalam kamar itu.


Jepara, 19 September 2017

*          Bocah kok sulit dikasih tahu.
**        Jangan bohong. Kalian ini tidak tahu bahaya besar. Malah dibuat main-main. Temen cewekmu itu sudah saya kasih tahu tapi tidak digubris. Melakukan ritual sampai setannya beneran keluar. Sudah, sana pada pulang. Sholat, minta pada Tuhan biar semua baik-baik saja.

Penulis,
Havidz Antonio

Inilah 5 Fakta One Piece yang Menarik dan Jarang Diketahui oleh Banyak Orang

Mungkin untuk para pecinta anime, banyak yang sudah mengetahui fakta tersembunyi dari One Piece. Namun, sebenarnya masih ada banyak lag...